DIA PAHAM MEDAN HIDUP KITA

 



DIA PAHAM MEDAN HIDUP KITA

Oleh Giokni

WTC Writer | Trainer | Coach


Dari tempat duduk di dapur mungilku, mataku terpapar silau yang menembus kaca bermotif batik kawung. Aku sedang ngaso sambil menyeruput cappucino yang kuperoleh setelah hampir 5 km aku berjalan pagi ini. Pikiran dan perasaan sedang kubawa pada sebuah state syukur. Aku sedang mengumpulkan memori dari pengalaman dan kesempatan yang bermuara pada kesimpulan “betapa baiknya Tuhan”.


Tahun 2020 seakan menjadi milestone—pijakan penting—setelah 10 tahun bergerak melalui tulisan (sejak Blackberry Messenger), training, dan coaching.

Ini adalah tempat yang kucita-citakan agar kami dapat mengundang orang untuk datang belajar. Nama baru kami sandangkan; “elevasi” ungkapan dari filosofi di belakangnya yaitu ingin membantu sesama membuat garis menanjak baik dari performance (kinerja) dan meaning (makna). Fakta dari situasi berkata lain, lantai dua tidak berisi orang-orang yang datang dan duduk belajar namun menjadi studio tempat kami menyiarkan pembelajaran untuk orang-orang yang berada di depan gawai masing-masing di berbagai titik lokasi, bahkan lintas benua.


17 Maret 2020 adalah kelas tatap muka terakhir sebelum pandemi diumumkan dan menjadi tidak ekologis untuk terselenggara kelas tatap muka. Beberapa klien menunda proyek yang telah disepakati. Hmm.. baiklah, tanggal yang sudah dibooking di iCalendar dihapus.


1 April menjadi kelas pertama dengan metode tatap layar. Proses belajar sebuah keterampilan baru dimulai, juga menjadi pengejar jaringan terkuat agar tidak putus proses komunikasi, brainstorming untuk mencari cara tetap bisa berbagi dan menghasilkan. Bahkan di waktu luang belajar baking — diriku yang tidak suka timbang menimbang dan takar menakar.. eureka! kutemukan bagian dari diriku yang ternyata sanggup baking! Yayyy kurayakan dan kusambut keterampilan anyar ini, bahkan sempat buka pesan pembelian.


Tengah tahun, kelas coaching dengan jumlah orang terbatas tetap terselenggara. Semua dapat dijalani dengan penuh kewaspadaan… dan selamat! Bahkan hasil luar biasa diperoleh oleh klien kami. Kebahagiaan meluap di tengah keterbatasan. Betapa sudah begitu banyak alasan untuk menengadahkan wajah ke atas—sejujurnya, sambil mewek—sambil berkata, “Gusti sae saestu” (Tuhan sungguh baik).


Sekarang tetesan keringat sudah berubah menjadi aroma yang menyuruhku segera mandi. Buku Walk by Faith yang ditulis sahabatku—Hendra Tan—menemaniku yang sejak semalam mulai merenung. Pada cover bagian dalam dia tambahkan dengan tulisan tangan “not by sight!”

Ya, Hendra, akan kucecap pengalamanku bersama Tuhan, bahwa berjalan dengan iman, tidak dengan penglihatan—yang kadang hanya beberapa sentimeter saja di depan—membuatku punya keteguhan.


Halaman 158 dari buku biru—warna BCA, sebuah pesan yang menenangkan, “Tuhan adalah Tour Leader Maha Agung, Dia paham medan hidup kita.”


Tanpa sadar, sambil menulis diriku menemukan ada banyak kebaikan Tuhan yang tidak perlu diragukan lagi. 


My Simple Thought, 

21 November 2020

giokni@elevasi.id

WA 0811881610

www.elevasi.id

Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

MELAKUKANNYA DARI DEKAT

MAU JADI APA KITA NANTI SETELAH INI? (MJAKNSI?)