CRAZY RICH ASIANS - The Aha!




❤️💡My Simple Thought, 28 September 2018

CRAZY RICH ASIANS - The Aha!

Film ini sangat layak tonton dan banyak aha! yang muncul dalam sesenggukan saya saat menontonnya.  Awalnya saya pikir ini film lucu-lucuan geje (ga jelas), suami dan anak nonton berdua pas saya ada tugas di Lampung, namun sekembali dari Lampung, my husband who knows me so well mendorong saya untuk nonton “Nonton deh, pasti kamu suka dan kutunggu reviewnya (baca: tulisannya)”

Dan memang ternyata film ini based on novel bagus dengan judul yang sama oleh Kevin Kwan (2013) yang sebagian diinspirasi dari pengalaman masa kecilnya di Singapura plus observasi dan sebagian fiktif. Setelah menyaksikan film ini, menurut saya plot demi plot memang masuk akal (saya pun punya beberapa sampel pengamatan), bukan fiktif yang tidak realistis.

Saya samakan terminologi yang akan saya pakai yaitu KAYA dan MISKIN memang arti lugas dengan indikator jumlah kekayaan, bukan bermaksud kasar, jadi jangan disanggah dengan “Sesungguhnya dia (pemilik hotel mewah) TIDAK KAYA, tapi MISKIN… MISKIN KEBAJIKAN.”

Beberapa poin Aha! yang saya peroleh.
KAYA…
  1. Menjadi orang POPULER pasti berkonsekuensi menimbulkan NOISE, pusat perbincangan dan lengkap dengan bumbu-bumbunya dan berita menjalar secepat menyentuhkan jari di layar smartphone. Jadi perlu kematangan mengelolanya.  
  2. Menjadi bagian dari KELUARGA BESAR SUPER KAYA (crazy rich) membutuhkan kekuatan atas tekanan yang ada…
    - jealousy (iri) dari anggota keluarga yang merasa bukan anak emas.
    - rela berada dalam kondisi kesepian karena pasangan bekerja super keras.
    - bisa menjadi paranoid, suudzon jika ada orang yang mendekat karena dikuatirkan motifnya adalah penguras harta (morot, gold digging)
    - bisa terjebak pada hedonisme, menjadikan harta, brand, uang, sebagai ukuran kualitas. Tunggu tulisan lain saya tentang hal ini.
    - menahan celaan jika pasangan dari keluarga miskin. “MAINAN tentara” olok-olok untuk si miskin yang ex-tentara.
    - bisa terjebak dalam perlombaan “saya HARUS lebih kaya (atau TERLIHAT lebih kaya)” sehingga kehilangan orisinalitas (GENUINENESS)

MISKIN… ada 2 jenis SIKAP
  1. MINDER, RENDAH DIRI yang akan menyeret pada hal negatif lainnya MERASA TIDAK LAYAK, SAYA TIDAK PERLU MELAKUKAN APA-APA, MEREKA JAHAT. Astrid (isteri, kaya) sudah bersikap dan membangun harga diri Michael (suami, miskin). Ketidakmampuan (merasa tidak punya harga diri) suami hidup dalam keluarga kaya malah berbuntut perselingkuhan.  Bukunya Christine Caine UNASHAMED bagus sekali mengupas hal ini.
  2. CONFIDENCE pada kemampuan/hal positif yang dimiliki
    - EDUCATION, Posisi sebagai Profesor Ekonomi dari Rachel Chu (Constante Wu) adalah aspek kekuatan. Saya pernah berargumen    dengan seorang kaya raya yang merendahkan edukasi dan mengukur segalanya dari uang.
    - VALUES seperti INTEGRITAS dan KERJA KERAS. Ini tantangan besar bagi si miskin agar dalam upaya hidupnya tidak tergiur dengan “MUDAH DIBELI dengan UANG” dan “gaya hidup INSTANT”

Saya merasa film ini juga bisa jadi pelajaran bagi ORANG TUA dalam membimbing anak-anaknya bahwa APA pun situasinya; kaya atau miskin, PIKIRKANLAH YANG DI ATAS, sesuatu yang lebih PERMANEN, confidence dalam DIRI bukan dari label yang diberikan orang lain, punya rasa KEMANUSIAAN bukan KEBENDAAN.

KESIMPULANnya…
  • Jangan GENERALISASI, tetap obyektif dan tulus, positif dalam berinteraksi dengan SIAPA pun. Orang kaya banyak yang bisa low profile dan sederhana, sedangkan banyak juga orang miskin yang arogan dan sok maha.
  • Hidup sebagai si KAYA sesungguhnya TIDAK MUDAH, banyak yang tidak kuat dan bahagia karena perlu topeng kemana-mana
  • Hidup sebagai si MISKIN bukan berarti MINDER atau PLAY VICTIM (seolah-olah korban keadaan dan nyinyir pada si KAYA), sebaliknya bisa SOMBONG sulit ditolong.

Nonton deh, weekend ini dan yuk, share tentang Aha! yang Anda dapat. 

Penulis,
Giokni
SWOT | Speaker Writer Observer Trainer
0811881610

https://giokni.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

JIKA HABIS MASANYA

LEGACY (WARISAN)