JERAM: BERSERAH & MELENTUR
❤️💡My Simple Thought, 15 Jan 2019
JERAM: BERSERAH dan MELENTUR
Bersama dengan komunitas yang seru dan asyik, akhir pekan ini kami ke Citarik untuk berarung jeram. Sudah pernah? Layak coba! Oleh coach telah diinfo bahwa sepanjang perjalanan di sungai Citarik ini akan ada 4 jeram yang artinya ada turunan tajam yang akan berdampak hentakan dan pergerakan menurun secara akseleratif.
Coach berteriak “Kita akan lewati jeram Kerinduan (alay juga nih, yang kasih nama), stop dayung, pegang tali... “ dan... jeboooom.. byuurrr, “awwwhhhh”, 6 teriakan dengan kekuatan penuh membahana, sejenak wajah kami terbenam dalam segarnya air. Sensasinya memang menyenangkan dan seru hingga saya berkomentar “Kok, jeramnya cuma empat, sih..”, sok-sok an walau saat teman-teman melihat foto-foto dokumentasi mimik saya yang paling juara ... ekspresikan ketakutan-kengerian tudemak.
Setelah lewat jeram, takut berubah menjadi tawa dan saatnya tim kami menikmati pemandangan tim lain yang akan segera lewat jeram tadi. Dan di sinilah “Aha!💡” itu muncul.
Pada titik kritis jeram, Coach mengambil kendali penuh, penumpang yang notabene sangat amatir dalam penguasaan medan dan keterampilan dayung diminta untuk “stop” artinya berserah dan percaya pada sang ahli.
Aha!💡#1. Pada situasi kritis dalam kehidupan, izinkan seseorang maupun “Seseorang”(baca: Tuhan) yang ahli, profesional, atau bahkan Maha Kuasa membantu kita, berserah, percayakan. Butuh kerendahan hati untuk mengakui bahwa “Saya bukan si super di segala bidang, saya tidak harus menjadi pemimpin di setiap situasi.”
Pada titik kritis jeram, saya menyaksikan perahu karet melengkung menyesuaikan dengan tekukan kecuraman, inilah yang menimbulkan sensasi terguncang yang seru. Fleksibilitas karet dari perahu inilah yang membuat perahu dapat melewati jeram dengan aman.
Aha!💡#2. Pada situasi yang menegangkan dimana ada perbedaan pendapat secara tajam, benturan konflik akan terjadi, namun apa yang membuat sebuah hubungan tetap aman, sebuah tim tetap solid? KELENTURAN! Saya mendapati bahwa lentur itu bijaksana, lentur itu matang, lentur itu bisa saja terlihat ‘kalah’ demi sesuatu lain. Saya merenung dalam kereta Argo Parahyangan dan mendapati ada kalanya diri saya belum selalu bisa menjadi “perahu karet”, mungkin BENAR yang saya pegang tapi adakalanya lebih penting BIJAKSANA di situasi tertentu.
“Jeg jeg jeggg .. “ kereta api ngebut di atas relnya
Thanks DATE CGK7 yang membuat weekend kita jadi penuh pembelajaran.
ANCORA IMPARO - I AM STILL LEARNING, untuk BERSERAH dan MELENTUR.
“...Stasiun Cikampek...”
Penulis,
Giokni
SWOT | Speaker Writer Observer Trainer
0811881610
https://giokni.blogspot.com
Comments
Post a Comment