BERKORBAN, MEMBERI KORBAN, dan MENJADI KORBAN


❤️💡My Simple Thought,  31 July 2020

BERKORBAN, MEMBERI KORBAN, dan MENJADI KORBAN

Setelah berhari-hari sibuk di kelas coaching, malam ini kuputuskan untuk menulis apalagi sejak kemarin kata ‘korban” berseliweran di kepala, terkait juga hari ini adalah hari raya Idul Adha, hari bagi teman-teman muslim melakukan aktivitas berkorban dengan memberi kepada yang membutuhkan daging dari hewan yang disembelih. SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA bagi sahabat muslimku.

Pemikiran yang melintas tentang kata BERKORBAN, ada kalimat “Pahlawan berkorban nyawa bagi nusa dan bangsa.” Sebuah situasi kehilangan nyawa yang didasari oleh rela dan cinta—ada risiko yang sudah diprediksi—dan dimaknai sebagai MEMBERI sesuatu untuk tujuan mulia dan kepentingan yang lebih besar. 

Lalu frasa MEMBERI KORBAN, misalnya “Saya memberi korban berupa seekor kambing” atau “Saya memberi korban waktu untuk pendampingan proyek sosial ini” Sebuah tindakan memberi yang didasari oleh keikhlasan (seyogyanya) sebagai bentuk bentuk respek pada sebuah keyakinan atau juga sebuah nilai yang dipegang, dan seyogyanya pula dibarengi dengan rasa bahagia—sejalan dengan sikap ikhlas.

Nah, yang terakhir adalah frasa MENJADI KORBAN. Yang paling mudah dikenali adalah rasa yang menyertainya cenderung negatif, seperti kecewa, sedih, marah, dll., misalnya “Ayahnya menjadi korban tabrak lari” atau “Tetangganya menjadi korban perampokan.” Ada sebuah situasi yang di luar kendali diri dan sering tak terhindarkan, saya menggunakan kata “sering” yang artinya ada kalanya bisa kita hindarkan, artinya ada kalanya ada sebagian—atau bahkan seluruhnya—yang dapat kita kendalikan. 

“Saya menjadi korban atas orang tua saya yang bercerai, saya jadi anak broken home, dan saya tidak punya contoh baik membangun keluarga yang harmonis, dan jangan salahkan saya jika saya pun gagal dalam hubungan dan berakhir dengan broken home juga.”
Hmmm.. pernah mendengar pernyataan panjang dan lengkap seperti di atas yang diawali dengan frasa “menjadi korban”? Apakah semua informasi di atas keliru? Tidak juga, ada fakta seperti ‘orang tua bercerai’ namun frasa-frasa lainnya adalah bentuk pelemparan tanggung jawab, dengan kata lain “Saya tidak bertanggung jawab lho, jika saya tidak mampu membangun keluarga yang harmonis, gagal dalam hubungan, dst.”

Sadarkah kita—artinya termasuk saya—menjadi pecundang yang dengan mudahnya menggunakan frasa “menjadi korban” hanya demi tidak melakukan usaha, hanya demi ongkang-ongkang kaki karena sudah ada kambing hitam yang bisa dituduh sebagai gara-gara. Menciptakan “magic clause” untuk membela diri.
Memang itulah yang paling mudah dilakukan!
Di jalan sebuah angkot menyalip kendaraan kita, lalu kita tancap gas ngebut, membalas menyalip dan akhirnya menyerempet kendaraan lain, dengan geram sebuah kalimat tercetus, “Saya begini gara-gara angkot tadi, kurang ajarr..saya jadi terpancing emosi!!!.” 
Hmmm.. bisa terjadi pada kita? Jika mau jujur, apakah “terpancing ikutan ngebut” adalah satu-satunya pilihan dan kendalinya ada pada faktor eksternal? Yuhuuu… kendalinya ada dalam diri kita, bukan? Memang… kadang-kadang tombol kendali internal kadang low-bat dan diri kita menjadi kurang gagah berani berintrospeksi untuk bertanya, “Adakah kontribusiku atas kejadian ini? atau melulu salah orang lain? Adakah yang bisa kulakukan untuk memperbaiki selain hanya tangan yang menuding ke luar?” 

Ini tentang memiliki KENDALI, memiliki KEKUATAN untuk MEMILIH atau sebaliknya yaitu merasa MENJADI KORBAN dan semua tentang salah orang lain. 
Pernah dengar “Yang WARAS, NGALAH”? mungkin karena ngalah itu adalah pilihan terbaik yang diambil sebagai bentuk kekuatan memiliki kendali, namun jika ngalahnya diartikan sebagai “Aku tidak bisa berbuat apa-apa”, jangan-jangan “ngalah” hanya ‘lip-service’ yang sejatinya mindset “menjadi korban” ada di baliknya.

Ahh.. ternyata pemikiran sebelum tidurku enteng-enteng serius…
Kita belajar bersama, kita recharge batere kendali diri, yukkk.

Penulis,
Giokni
WTC | Writer-Trainer-Coach
WA 0811881610
giokni@elevasi.id
IG @elevasi.id

Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

JIKA HABIS MASANYA

MELAKUKANNYA DARI DEKAT