WAISAK 2020
❤️💡My Simple Thought, 7 May 2020
WAISAK 2020
Pertengahan Maret kami bertiga—sekeluarga—masih sempat untuk menepi menyepi setelah beruntun kelas demi kelas hampir tiada henti di Jakarta. Memilih kota Yogyakarta & Magelang, beberapa hari itu lebih banyak waktu dihabiskan di kamar dan seputaran area hotel dengan intensi “semi-isolasi”. Berjalan kaki sambil menyiram diri dengan sinar matahari pagi, sarapan dan duduk untuk memandang sawah hijau membentang sambil mendengar kokok ayam dan nyanyi burung. Pengalaman yang tidak dijumpai di rumah kami di Jakarta. Di lain hari, setelah kabut sirna dan Bukit Menoreh unjuk badannya, kegiatan memberi makan rusa-rusa di kandangnya menjadi sebuah relaksasi mengasyikkan.
Sehari sebelumnya, dalam perjalanan menuju area pelatarannya Candi Borobudur atau terasnya Bukit Menoreh menjadi sebuah perjalanan nostalgia yang sudah tidak sama lagi dibandingkan lebih dari 35 tahun yang lalu. Apa yang berbeda?
Banyak sekali hotel dari yang berkelas tinggi-tinggi sekali sehingga sedikit orang yang bisa mencapainya sampai ke kelas losmen bertebaran di sana, tentu saja mereka eksis begitu banyaknya terkait dengan perayaan agama di Candi umat Budha ini maupun acara festival lainnya.
Mengingat Corona yang semakin menjadi serius, waktu itu saya pun membayangkan tentang hari ini, Hari Waisak yang semestinya tempat itu akan sangat ramai dan penuh dengan suasana kebatinan yang khusuk-syahdu-membahagiakan dibanjiri oleh umat dan turis dari berbagai daerah maupun negara.
Saya tidak berani lebih lama dan jauh lagi membuat skenario imajinasi, walau tak dipungkiri ada keprihatinan menyusup dan diiringi percakapan kecil dalam hati dengan Sang Maha agar menolong masyarakat, pelaku ekonomi, dan pengrajin di daerah ini.
Dua bulan lalu, sepi… memang sepi, sepanjang tinggal tidak pernah berpapasan dengan tamu menginap, hanya dua kali bertemu tamu yang datang untuk ngopi sore di restoran teras depan. Tidak ada buffet breakfast yang disiapkan, hanya ala carte walau bisa pesan suka-suka, jumlah dan jenisnya. Bercakap dengan karyawan hotel yang luar biasa istimewa layanannya, jumlah mereka hanya beberapa saja karena sebagian besar sudah dirumahkan. Sedih.
Dan hari ini tiba… yang semestinya high-season dan masyarakat terakselerasi roda ekonomi dan finansialnya, tapi tahun ini menjadi berbeda. Jadi bukan hanya umat Budha yang tidak guyup berbondong-bondong berkunjung, berdoa, memperingati sekaligus merayakan, namun masyarakat pun sedang sendiri dan sepi.
Sepi, hari ini saya jadi mengingat kota itu… diberkatilah dalam bentuk yang lain, kumohonkan pencerahan agar bahagia dapat mereka temukan walaupun bukan dalam bentuk yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kabulkanlah, Tuhan.
Selamat Hari Waisak bagi teman-teman Budhistku.
Penulis,
Giokni
WTC | Writer-Trainer-Coach
WA 0811881610
giokni@elevasi.id
www.elevasi.id
Comments
Post a Comment