ZOOMBIE atau ZOMBIE
❤️💡My Simple Thought, 4 May 2020
ZOOMBIE atau ZOMBIE?
Heloooooo.. sekarang ini kita mendapatkan predikat atau nama baru yaitu ZOOMBIE.. yaitu orang-orang yang baru berkenalan dan mulai bersahabat dengan aplikasi virtual meeting yang namanya ZOOM. Note: Ada, sihhh, nama aplikasi sejenis yang lain tapi demi keindahan topik bahasan saya maka dipilihlah ZOOM, yeeehaaaa.
Nah, beda satu huruf “O” artinya sangat berbeda, ZOOMBIE atau ZOMBIE? ZOMBIE digambarkan sebagai makhluk yang berjalan perlahan cenderung sempoyongan, bergerombolan menuju ke arah manusia hidup, tidak ada penggambaran zombie produktif misalnya pergi ke sawah untuk mencangkul, beternak ayam, menulis buku, dll.
Inilah tulisan setelah saya berhasil “menampar” diri sendiri. Huuuhhh.. panas bin pedasss.
Masa pandemi Covid-19 ini membuat banyak perubahan metode atau cara, lokasi bekerja ada yang bergantian di rumah atau di kantor, ada yang dikurangi jam kerjanya, ada yang ditunda proyeknya sehingga tersedia banyak waktu luang.
Reaksi pertama pada umumnya adalah BLANK (gelap).. karena ada berbagai kalimat tanya mengandung ketidakpastian “Waduh.. gimana nanti…?”
Setelah BLANK, mulailah ada INITIATIVES (tindakan) yang dilakukan, yang kemudian menjalar begitu cepatnya hingga SATURATED (jenuh). Dari hasil pengamatan saya dan ngobrol dengan beberapa teman, baik yang bekerja di perusahaan maupun sesama trainer bahwa saat ini media belajar melalui ONLINE luar biasa super duper melimpah ruah sehingga nyata sekali perubahan dari “Bingung mau ngapain gue?” menjadi “Ampuuun deh, gak brenti nih dari pagi ke malam dari zoom ke zoom,” lalu menjadi “Bingung, mau pilih yang mana?!”
Baikkah?
Bukankah siklus ini yang terjadi dari masa ke masa? Dari bingung cari barang lain sebagai penukar barang yang kita miliki—ini jaman barter—lalu ada pasar dan kenal mata uang, hingga sekarang kita pun bingung dari satu olshop ke olshop lainnya. Sama bingungnya, hanya beda pemicunya.
Saya pun mengalaminya! Sejak 2 April hingga minggu ke-4 secara rutin saya memberikan online learning dan ada meeting sana-sini, menjajagi ini-itu, sampai pada suatu hari saya bertanya pada diri sendiri… “Heiii… what do you really want?” saya mulai PAUSE (jeda) bahkan BACKWARD (mundur) sedikit untuk MIKIR! benerrrr… MIKIR. Saya diskusi dengan orang-orang terdekat saya dan terlintas pula kata dalam bahasa Jawa “Ojo latah” (jangan hanya ikut-ikutan, echoing), saya pun menguji diri sendiri tentang hal ini, “Ahhh, ini bukan karena excuse tidak mau berubah dan beradaptasi dengan new normal, khan?” Beberapa hari perenungan ini terjadi hingga muncul jawaban berupa pertanyaan reflektif “Apa passionmu? Apa intensimu? Cek posisimu saat ini? Strategi dan langkah apa yang akan diambil? Apa sumber dayamu dan dialokasikan ke mana? hayok mulai buat prioritas dan lakukan re-organizing.” Sejak saat itu saya mulai legowo (rela hati) memilah dan memilih yang berarti ada yang saya buang, ganti, tambah, agar ada keselarasan (alignment) antara INTENSI, ATENSI, dan aliran ENERGI.
Saya memang punya kelas online karena memang salah satu misi saya adalah membuat public class (retail) selain inhouse (corporate), saya tetap bersedia mengisi webinar teman-teman lain, tapi saya perlu mengingatkan pada diri sendiri untuk tidak terjebak pada mental ZOMBIE, bergerombol yang penting sibuk, kalau hanya sebagai pengguna ZOOM alias ZOOMBIE bolehlah, qiqiqiqi (webex, google hangout, 8x8, jangan protes yaa.. ).
Demikian juga dengan Bapak Ibu, di tengah keberlimpahan pilihan-pilihan, saran saya, tetapkan INTENSI (tujuan), atur keselarasannya dengan ATENSI yaitu perhatian-perhatian pada KEBUTUHAN Anda, sehingga ENERGI dan SUMBER DAYA (waktu, dana) dapat dialokasikan secara tepat guna dan berdaya guna.
Penulis,
Giokni
WTC | Writer-Trainer-Coach
WA 0811881610
giokniwati@elevasi.id
www.elevasi.id
Comments
Post a Comment