JUDGEMENT


 

“JUDGEMENT” 

Oleh Giokni

WTC Writer | Trainer | Coach


Oleh kamus Oxford, kata judgement punya dua arti. 

  1. “the ability to make considered decisions or come to sensible conclusions.” Kemampuan untuk membuat keputusan atas pertimbangan tertentu atau sebuah kesimpulan yang didasarkan pada hikmat (kebijaksanaan).
  2. “a misfortune or calamity viewed as a divine punishment.” Sebuah bencana yang dianggap sebagai hukuman yang ditakdirkan. Terjemahan sederhananya adalah penghakiman. Judgemental atau menghakimi.


Mari kita melihat penerapannya. Yang pertama, kita perlu membuat judgement saat perlu menentukan tugas mana yang hendak diprioritaskan. Keputusan dibuat berdasarkan beberapa pertimbangan, misalnya benefit yang hendak diperoleh jika suatu tugas didahulukan atau risiko yang akan terjadi jika tugas itu diabaikan atau ditunda. Contoh lain, saya membuat judgment untuk membawa deterjen untuk mencuci selama 9 hari training saya di Bali, untuk mengantisipasi kesulitan mencari laundry. 


Arti yang ke dua ini, nih, yang perlu kita cermati. Menghakimi, serem khannn? Terbayang betapa krusial dan berbahayanya jika kita sering bersikap seperti ini. Dapat berpotensi menjadi sebuah bencana bagi orang lain jika sang hakim sembarangan, bukan?

Kadang-kadang saya pun melakukannya. Bagaimana dengan Anda?


Apa contohnya? Saat bertemu dengan seseorang yang berpakaian kusut, kita mulai menghakimi dengan, “Ah, ini orang malas nih, nggak setrika baju.” Saat berbincang dengan seseorang yang kurang cepat menjawab pertanyaan kita atau menjawab tapi jawabannya tidak tepat, serta merta dalam pikiran kita ada penghakiman, “Kurang pintar ini orang, bikin lama aja!”


Sadarkah kita, pada saat kita sedang bermain-main dengan pikiran yang menghakimi ini, maka kita sedang kehilangan momen untuk menemukan sesuatu yang berharga. Dalam komunikasi atau proses coaching, judgement ini menjadi hambatan dalam proses menyimak (listening). Padahal menyimak dengan seksama dan tanpa penghakiman akan membangunkan banyak kesempatan mengulik gagasan. 


Hari ini saya belajar bagaimana melepaskan sikap judgemental dan menggantinya dengan state (sikap mental dan fisik) yang lebih memberdayakan. Tiga hal yang perlu dilatih adalah 

  1. Kemampuan MENGOBSERVASI (melihat, mendengar, merekam)
  2. Sikap MENERIMA (acceptance), dengan keikhlasan seperti halnya kita menerima konsep sehari ada 24 jam, matahari terbit dari Timur. Ngga ada yang membantah, khan?
  3. Rasa INGIN TAHU (curiousity). Dalam memberikan coaching rasa ingin tahu dari coach akan membantu mengeksplorasi, merangsang pertanyaan yang tepat untuk diajukan.


Saya sedang berproses untuk melatih hal ini. Jika Anda merasa bahwa me-release atau membebaskan diri dari penghakiman ini memang memberdayakan, praktikin, yuk.


#acmc2021



My Simple Thought, 

10 April 2021

giokni@elevasi.id

WA 0811881610

www.elevasi.id


Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

MELAKUKANNYA DARI DEKAT

MAU JADI APA KITA NANTI SETELAH INI? (MJAKNSI?)