“Silence, Slowing Down”


 

“Silence, Slowing Down”


Oleh Giokni

WTC Writer | Trainer | Coach


Mentor saya kembali mengulang tentang sub-skill dari skill listening dalam coaching. “Kamu beroperasi di skor 3 jika salah satunya mampu menerapkan “silence, slowing down” ini.” Untuk dapat lulus dan menyandang gelar ACMC-Associate Certified Meta Coach skor minimal kelulusannya 2,5.

Saat klien kita tampak terdiam 2-3 detik, izinkan adanya momen silence, ada yang berharga di dalam heningnya.

Perlambat kecepatan, buat penjedaan, kata-kata menyampaikan pesan dibarengi kekuatannya.


Mungkin sepintas kita berpikir “silence” doaaaang?

Bukankah mengadakan kondisi “silence, slowing down” itu cukup menantang?

Seringkali semua ingin dijawab, ingin ditanggapi, rudal argumen sudah siap diluncurkan.


Bahkan dalam peperangan, untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata butuh perundingan-perundingan alot. Mengapa? Ego sedang menjadi buto ijo (baca: Hulk). Frame yang sedang dipakai “Apa kata orang… saya dianggap gak mampu, saya cemen.”


Dalam berumah tangga, ada suatu periode dimana saya sangat berjuang untuk mengusahakan gencatan senjata. Istilahnya “Gak perlu disahut-in.”

Butuh waktu untuk belajar “silence, slowing down”. Butuh merontokkan frame yang tidak memberdayakan dan menggantinya dengan “Jika diamku menghasilkan kondisi yang lebih baik, lakukanlah” dan “Hebatmu bukan karena respon cepat dan argumenmu.”


Seorang ibu viral karena makian kasar saat diminta berputar balik pada penyekatan wilayah saat lebaran yang lalu.

Apa yang hilang? Slowing down. Amigdalanya sedang tersengal-sengal kekurangan oksigen. Logikanya padam, kontrol temperamennya lepas. 


Saya bahkan masih mengingat kejadian saya melewatkan “slowing down”. Joanna masih berusia 4 tahun dan saat itu dia tidak mau mengucapkan terima kasih saat mendapatkan sesuatu dari pengasuhnya. Alih-alih berusaha menerapkan nilai tata krama, saya malah kehilangan “slowing down” dan saya menguncinya di kamar mandi untuk beberapa saat. Penyesalan yang terjadi. Jika saya mampu menahan diri, memperlambat reaksi, ada pilihan yang lebih baik.


Dalam keseharian kita, bersama pasangan, anak, asisten rumah tangga, staf di kantor. Sudahkah kita menggunakan silence, slowing down ini demi sesuatu yang lebih baik.


Slowing down, perlambat.

Perlambat maka engkau lebih cermat

Perlambat maka tidak ada yang terlewat

Perlambat maka pudarlah pekat


Silence, hening.

Dalam hening ada refleksi diri

Dalam hening ada kejernihan 

Dalam hening ada jawaban

Hening beri kesempatan tuntunan



My Simple Thought, 

Mei 2021

giokni@elevasi.id

linktr.ee/elevasi.id 

Comments

Popular posts from this blog

WANT TO KNOW

URIP IKU URUP (HIDUP ITU MENYALA, BAWA HANGAT & CAHAYA)

ANCORA IMPARO - I AM STILL LEARNING