FEEDBACK







❤️💡My Simple Thought, 14 September 2018

FEEDBACK 

Beberapa minggu terakhir ini saya membaca buku, kisah sejarah, mengalami, maupun mengobservasi beberapa peristiwa yang benang merahnya sama yaitu FEEDBACK. Feedback atau umpan balik bisa berupa respon, nasihat, input dari orang lain. Tentu saja setelah menerima feedback, kita kembali punya pilihan membuat respon, artinya feedback itu bisa bolak-balik terjadi pada saat melakukan interaksi dalam hubungan antarmanusia.

  • Saya membaca kisah Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari negeri Mesir. Musa kelelahan menangani langsung dan membantu masalah individu demi individu, hingga Yitro mertuanya memberi feedback agar Musa mengangkat pemimpin atas 1000, 100 orang, 50 orang, dan 10 orang. Musa mempertimbangkan feedback yang diterima dan dianggapnya baik sehingga diimplementasikan. 

  • Joanna, puteriku, kali ini dia menyelesaikan training untuk sertifikasi menjadi instruktur GRIT (kelas olahraga di Les Mills). Seperti training-training sebelumnya, dia selalu mengabarkan feedback yang diterima dari assessor-nya. Feedbacknya “Jangan terlalu banyak senyum, lebih tegas lagi saat memberi instruksi.” Melalui FaceTime, dia pun menerangkan tentang intonasi yang perlu diperbaiki agar lebih terkesan tegas, mantap, dan memotivasi. Saya senang mengamati sikapnya atas feedback yang diterima. Walaupun di beberapa case anak ini juga masih perlu belajar untuk lebih “chilled” menerima feedback yang agak keras dan dirasa kurang valid. Oops.. saya pun masih perlu terus belajar, lho.

  • Di sebuah komunitas dengan pertemuan mingguan, kami digilir untuk saling berbagi pengalaman dan pembelajaran. Saya termasuk yang berusia senior (angka usianya besar, lugasnya “tua”), tapi saya menikmati teman-teman yang jauh lebih muda yang sedang berbagi, saya selalu menemukan cara pandang baru, insight berharga atau pengalaman hidup yang menginspirasi dari mereka.  

Carol S. Dweck, Ph.D melakukan riset dan menyatakan hasilnya tentang 2 jenis mindset yaitu FIXED & GROWTH. Salah satu indikatornya adalah tentang sikap terhadap feedback—atau bahkan kriti—yang diterima. Seorang yang memiliki FIXED Mindset akan memandang bahwa kritik adalah feedback negatif yang sudah selayaknya diabaikan atau disanggah bahkan bila perlu mati-matian kita buat pembelaan (defensif). Sedangkan orang yang mengembangkan GROWTH Mindset akan memperlakukan kritik sebagai sarana untuk mengevaluasi diri dan kesempatan belajar. 

Yang perlu menjadi titik kritis dalam mengembangkan Growth Mindset dalam hal RESPON atas FEEDBACK adalah TINGGINYA POSISI/JABATAN. Saya merenung… hmm… masuk akal bahwa jika sudah TINGGGGGIIIIIII MENTOK PLAFON, memang tumbuhan akan sulit bertumbuh, dan menjadi FIXED. Namun, walaupun Anda atau saya adalah pejabat tertinggi di organisasi manapun, jika spiritnya adalah “saya bukan pejabat yang tertingggggiiiii, di atas langit masih ada langit, saya bukan makhluk sempurna yang tidak ada cacat cela”, maka respon dalam menerima feedback akan jauh lebih positif. 

Jika cara pandang feedback itu mempengaruhi perkembangan kualitas pribadi, layak untuk kita usahakan, bukan?
Jangan-jangan salah satu “kementokan” kita penyebabnya adalah “ketinggihatian” yang melemahkan daya respon positif kita terhadap feedback.
Lucuti senioritas, posisi, jabatan, lamanya masa kerja, dan belajarlah dari siapa pun. 
Jika jarang belajar, kapan pinternya??


Penulis,
Giokni
SWOT | Speaker Writer Observer Trainer
0811881610

https://giokni.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

JIKA HABIS MASANYA

LEGACY (WARISAN)