MATCHING & WINNING ERA



 ❤️💡My Simple Thought, 19 November 2018

Tulisan ini sudah  diterbitkan di buletin Bidik Mustika SMPK Tiara Kasih - September 2018

MATCHING & WINNING THE ERA


Saya banyak membagikan inspirasi tentang inovasi kepada anak-anak muda yang baru direkrut oleh perusahaan yang memiliki program pengembangan terpadu. Apa tujuan program seperti ini? Tentu saja karena mereka adalah aset perusahaan yang dianggap berpotensi untuk memenangkan era saat ini dan untuk mempersiapkan mereka menjadi pemimpin masa depan. Nah, saya menulis dari sudut pandang peran orang tua di era penuh inovasi digital saat ini.

Menurut saya, sebagai orang tua yang memiliki anak hingga remaja, ada baiknya kita menjawab 3 pertanyaan di bawah ini, sebelum berteriak kepada anak “Apaan, sih kamuuuu… dulu Mami ngga ada tuh main gadget kayak kamuuuuuu!!!!!”

  1. Apa yang saat ini sedang berkembang dalam mendukung kehidupan dan kesejahteraan manusia?  
  2. Apa kompetensi yang dibutuhkan pada era digital?
  3. Apakah sebagai orang tua telah berperan secara benar dan asyik?

Mari kita pelajari agar kita bisa MENYELARASKAN untuk MEMENANGKAN ERA DIGITAL ini, MATCHING AND WINNING THE ERA!

Industry 4.0
Diawali pada tahun 1780-an (abad ke-18) saat revolusi industri pertama yang ditandai oleh penemuan mesin-mesin mekanik dengan tenaga uap dan air. Selanjutnya adalah era Industri 2.0, produksi massal dengan mesin-mesin bertenaga listrik di pabrik-pabrik, namun tenaga kerja masih banyak digunakan untuk melakukan perakitan dan menginspeksi ban berjalan. Industri 3.0 pada abad ke-20 adalah era yang ditandai dengan majunya teknologi informasi, sudah semakin banyak proses yang diotomasi untuk meningkatkan efisiensi, menjaga konsistensi atau standar kualitas dan meminimalisasi human error. Bagaimana saat ini? Industri 4.0! Era munculnya istilah seperti IoT (Internet of Things), AI (Artificial Intteligence), Cloud Technology, dan the power of Big Data. Semua menggunakan internet dan nirkabel. Tentu saja banyak peran manusia yang tergantikan, robotisasi di mana-mana, hmmm… perlu diwaspadai, bukan?



Kompetensi yang Dibutuhkan Jaman Now
Pekerjaan manusia terancam digantikan oleh robot. Sebagai orang tua merasa panic memikirkan masa depan anak? Panik itu bagus… artinya kita sadar perlu melakukan sesuatu dan membuat perubahan, perlu mempersiapkannya dari SEKARANG! 
Saya lakukan pengamatan dan penelaahan dari berbagai sumber review tentang kompetensi yang sangat perlu dimiliki oleh millenials.


ADAPTIVE
Saat meng-interviewcalon asisten rumah tangga, dia bercerita bahwa keuangan keluarganya memburuk karena sang ayah kehilangan pekerjaan sejak penggantian bahan bakar minyak tanah menjadi gas, ternyata profesi ayahnya adalah tukang reparasi kompor sumbu (minyak tanah). Demikian juga pemilik bisnis toko kaset/compact discmenutup tokonya karena media audio sudah melekat pada smartphone. Akan tiba waktunya bahwa apa yang dikerjakan kemarin sudah tidak valid lagi hari ini, demikian pula dengan ilmu… apa yang dipelajari tahun lalu di perguruan tinggi sudah tidak relevan lagi saat mulai bekerja. Coba cek smartphonekita, setiap hari selalu saja ada aplikasi yang sudah ada versi terupdate-nya baik minor updatemaupun penambahan fitur baru. 
Kecepatan perubahan yang sangat cepat—eksponensial, bukan lagi linear membuat kualitas fundamental yang perlu dimiliki adalah  ADAPTIVE, kemampuan untuk MENYESUAIKAN DIRI ditandai dengan kepekaan mengamati situasi dan menganalisis apakah diperlukan penyesuaian maupun solusi baru yang lebih efektif. 
Bagaimana menjadi orang tua yang mendorong kualitas ADAPTIVE pada anak? 
  • Bahas bersama jika terjadi issuehangat tentang perubahan, misalnya dengan maraknya ojek online (ojol) apa yang berubah? bagaimana keadaan ojek pangkalan (opang)? apa yang melatarbelakangi seorang Nadim Makarim menciptakan GoJek?
  • Bahas manfaat dari model bisnis di era digital seperti AirBnB yang mampu mengakomodir para pemilik property-perorangan sekalipun-untuk memasarkan kepada penyewa. 
  • Menjadi teladan dalam kualitas adaptivedan ceritakan pengalaman bersama, misalnya “Jo, nih.. mama sudah download apps-nya mal ini, jadi kita ngga usah repot ke counter CS untuk setor struk dan kumpulin point, cukup scan di apps ini, praktis ya, Jo.” Jangan sebaliknya, mengeluhkan adanya perubahan inovatif.



PROBLEM SOLVING & RESOURCEFUL
Jika kemampuan menyelesaikan masalah terus-menerus diasah, maka akan semakin tajam dan tentu saja menjadi bekal yang sangat signifikan dibanding pekerjaan rutin yang berupa pengulangan saja yang berisiko mudah digantikan oleh robot. 
Apa RESOURCEFUL itu? Saya memang lebih memilih kata resourcefuluntuk menggantikan kata kreatif karena kreatif seringkali salah kaprah hanya dikaitkan dengan bidang kesenian. Resourcefullebih mengacu kepada kemampuan untuk mencari dan menemukan sumber daya (resource) sebagai solusi atau penyelesaian masalah, bentuknya bisa dengan menemukan alternatif pengganti yang lebih sederhana (Simplify)atau menggabungkan beberapa hal (Combine), mengatur urutan (Rearrange), atau memodifikasi (Modify).
Bagaimana menjadi orang tua yang asyik menumbuhkan kualitas ini?
  • Bertanya, meminta pendapat, misalnya “Vin, Pak Darno (sopir) ngga masuk, sedangkan Mama perlu jenguk Tante di rumah sakit, Kevin ada kerja kelompok di rumah teman sore ini. What do you think?”atau kepada anak perempuan, “Mae, kita khan mau bikin fish & chips, nah… ternyata kentangnya busuk… mau diganti pake apa, ya, karbo(hidrat)nya?”
  • Tidak anti pada games yang sedang asyik dimainkannya, misalnya, “Wah, kamu dapatin skor gede itu gimana caranya? coba kasih tau trik-nya.”  

COMMUNICATION & SPEAKING SKILL
Donald Trump pernah turun langsung sebagai juri acara The Apprentice, “Banyak orang punya ide besar, namun tidak mampu untuk menyampaikannya (secara jelas & persiasif), coba tebak… (mereka) tidak akan sukses!” 
Ilmu dan keterampilan perlu “dijual” agar orang lain mampu memahami kualitas yang dimiliki. Demikian pula dengan solusi, gagasan, hasil dari kemampuan pemecahan masalah harus mampu disampaikan secara efektif kepada pihak-pihak yang relevan, calon investor misalnya. Bagaimana mengajak anak untuk memiliki Communicaton & Speaking Skill?
·       Bei kesempatan untuk berkomunikasi dan mengemukanan pendapatnya. Misalnya, untuk pilihan liburan keluarga, minta anak untuk memilih dan tanyakan alasannya, jika penjelasannya tidak jelas atau cenderung melebar ke mana-mana, bantu agar mereka bisa membuat struktur (butir-butir) yang jelas serta alasan yang kuat atas pilihannya. 
·       Kirim ke program training khusus untuk mengasah speaking skill bagi remaja.



INTEGRITY
Apalah artinya seseorang yang punya kemampuan beradaptasi, memiliki kemampuan problem solvingyang ciamik, mampu menemukan banyak solusi inovatif, ditambah persuasif dalam menjual ide, namun tidak memiliki integritas, tidak memegang teguh nilai-nilai kejujuran, kemanusiaan? Maka temuannya akan membahayakan dirinya atau orang lain. Sebagai orang tua, sesekali bisa membahas sebuah tindakan kriminal-terutama cyber-crimeyang sedang happening, misalnya modus skimming kartu ATM/kartu kredit, tekankan pada dampak kerugian bagi orang lain. Sebaliknya bahas juga penemuan inovatif yang bisa membantu masyarakat, tonton bersama program televisi yang sering mengangkat kisah inspiratif-kreatif yang bisa menjadi contoh riil.


SUMMARY & TIPS
·       Kita tidak bisa menghindari trendpraktik-praktik digital
·      Jeli untuk melihat digitalisasi dari aspek positif
·      Ketahui kompetensi yang dibutuhkan agar mampu bersaing di era digital
·      Terus pupuk integritas dan nilai-nilai tentang Tuhan serta kemanusiaan 
·      Menjadi orang tua yang asyik dalam menemani proses berkembang dan belajar anak
·      Kelola ‘acara main games’ anak: beri alokasi waktu dan disiplin terapkan, gali pembelajaran dari games yang sedang dimainkan.
·       Menjadi teladan adalah pendekatan pembelajaran yang paling efektif.

Penulis,
Giokniwati(WA 0811881610)
SWOT Speaker | Writer | Observer | Trainer
https://giokni.blogspot.com



Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

JIKA HABIS MASANYA

LEGACY (WARISAN)