Urus SIM HILANG di SATPAS, bukan SAMSAT

SHARING: URUS SIM HILANG
6 November 2018

Inilah konsekuensi dari kecopetan di Santorini-Yunani dompet beserta isinya yang salah satunya SIM A. 
Artinya saya perlu membuat SIM A PERORANGAN yang disebabkan karena HILANG dan status SIM masih BERLAKU (tidak expired), dan memang SIM saya baru diperpanjang 1,5 bulan yang lalu di SAMSAT yang berlokasi di LIPPO MAL PURI.

Sekalian saya makan siang di Lippo Mal Puri, maka saya sempatkan mampir di SAMSAT Lippo Mal Puri, dan oleh petugas saya diberi tahu “Di Daan Mogot ngurusnya kalau hilang dan mau bikin baru karena di sini hanya untuk perpanjangan. Di sana tutup jam 3 sore”

Karena tidak keburu maka saya mengunjungi SAMSAT Daan Mogot keesokan paginya. Inilah kesalahan karena berasumsi dan kurang teliti mencari informasi, kami berasumsi bahwa SATPAS (Satuan Pelaksana Administrasi SIM) satu kompleks dengan SAMSAT Daan Mogot, ternyata…. SALAH!!! Untungnya hanya berbeda 2 km dan serute, jadi tinggal meneruskan jalan Daan Mogot ke arah Grogol, WAZE membantu.

Jadi teman-teman, untuk MEMBUAT SIM BARU di SATPAS, BUKAN SAMSAT!

Layanan publik ini menempati area yang sangat luas dan menurut saya cukup membingungkan, butuh bertanya sana-sini, akhirnya, inilah kisah kronologisnya.

  • Parkir mobil, lalu menuju ke warung pojok yang menjual jasa foto kopi, dugaan saya dia valid untuk ditanya. Inilah langkah pertama, ke Loket Pendaftaran TES KESEHATAN, serahkan dokumen SURAT LAPOR HILANG dan FOTO KOPI KTP, BAYAR Rp 15.000,-. Set dokumen diserahkan kembali kepada saya
  • Ke ruang sebelahnya untuk TES KESEHATAN yang ternyata hanya TES MATA dan kurang dari 1 menit, saya dinyatakan SEHAT (MATA). Pemeriksa menambahkan FORM PINK “TANDA LULUS/SEHAT’ di bundelan form tadi dan saya diminta untuk menuju Gedung Penerbitan SIM untuk CEK ARSIP di lantai 2.
  • Gedung Penerbitan SIM disambut oleh Polisi yang memverifikasi keperluan, memberikan nametag “TAMU” yang berbentuk landscape, pengantar dilarang masuk (kuatir gedung penuh oleh pengantar yang berjumlah sekampung kali yeee… jadilah suamiku menunggu di Taman Baca di samping gedung. Pak Polisi ramah dan jelas menginfo “Bayar dulu ke BRI di dalam. 
  • Ternyata bukan di kantor BRI yang saya temui lebih dulu namun saya diarahkan “Ohh, bikin baru karena hilang.. bayarnya di belakang di LOKET.”
  • Di LOKET dipisahkan antara perpanjangan dan hilang. SIM A - HILANG dan SIM masih BERLAKU membayar Rp 80.000,-. Dokumen FOTO KOPI SIM yang HILANG (kebetulan saya sudah sempat memfoto kopi) diminta untuk diperiksa. Set dokumen diserahkan kepada saya kembali dan bertambah dengan: BUKTI BAYAR yang Rp 80.000 tersebut, FOTO KOPI SIM yang HILANG dan FORM BIRU DATA LENGKAP (ini FORM GENERAL, tinggal mencontreng bahwa keperluan saya adalah PENGGANTIAN karena HILANG. “Diisi form birunya, lalu Ibu ke lantai 2 untuk CEK ARSIP”
  • Yuhuuuuu… untuk menemukan di mana tangga/lift untuk naik ke lantai 2 saja ternyata cukup menyulitkan hingga saya perlu melempar pandangan ke seluruh penjuru, memburu signage, tak ketemu juga akhirnya bertanya pada seorang bapak yang menurut saya berperan sebagai DUTY OFFICER, sayangnya Bapak ini tidak berseragam, saya yakin bahwa dia petugas karena suara tegasnya dan proaktif menanyakan ke beberapa pengunjung yang kebingungan, plus nametag nya portrait yang sepertinya ID Staff. “Masuk sana, ke kiri.. cari tangga, naik ke Ruang Arsip.”
  • Lantai 2 Ruang Cek Arsip, serahkan bundel dokumen kepada petugas di loket di dalam ruangan. Hanya 2 menit, saya dipanggil “Ibu ke loket 18 di lt 1 untuk perbaikan data.” Lagi-lagi saya perlu menanyakan ke orang yang saya temui lokasi loket 18.
  • Loket 18 bentuknya hanya meja yang di atasnya ada tanda “18” dan komputer, set dokumen diminta ditumpuk saja dulu sebagai sistem antriannya. Ada 4 antrian sebelum giliran saya. Layar komputer dihadapkan pada saya dan saya diminta mengecek field-field isian. Saya perhatikan tinggi badan saya yang di SIM terdahulu keliru dengan tinggi 160cm. Suami yang protes “Kamu cuma 155 cm lho, koreksi nanti yaaa…” Bae’lahhhh. Setelah “Semua betul, Pak, sudah saya cek.”, Petugas instruksikan “Bawa ini ke Blok D untuk FOTO.” Yang dimaksud ini adalah cuilan dari set dokumen yang lengkap tadi plus secarik cetakan dengan keterangan “BLOK D”
  • Kembali menyusuri ‘labirin’ dan ternyata RUANG FOTO adalah ruang besar yang dibagi dengan petak-petak (disebutnya blok) 2m x2m, surat pengantar tadi ditumpuk lagi di keranjang sebagai sistem antrian. Menunggu dan dipanggil ke petak untuk FOTO dan SCAN 10 SIDIK JARI dan tanda tangan. Sekali lagi diminta RECHECK FINAL data yang akan tampak pada SIM nanti. Proses hanya 5 menit saja, kata petugas “Tinggal ambil fisik SIMnya. Lurus, ada gang di kiri belok kiri lalu ke kanan dan kanan lagi.” Sudah kebayang labirin selanjutnya, khan? hehehe
  • Yeehaaaa… ketemu lokasinya, saya bertanya kepada orang yang duduk mengantri tentang prosedurnya, ternyata tinggal didrop di loket lalu tunggu. Baru 10 detik duduk ternyata nama saya sudah dipanggil, FISIK SIM A saya sudah jadi.
  • Cari akses KELUAR, inilah SIGNAGE termudah, seakan lega karena labirin telah usai… sebentar lagi melihat matahari!

Total DURASI dari sejak turun mobil dari parkiran mobil—sudah termasuk kelak kelok masuk labirin—sekitar 90 menit. 
Total BIAYA—termasuk parkir Rp 5.000 + Rp 2.000 karena lebih dari sejam—Rp 102.000,- TANPA PUNGLI oleh petugas. Bravo!

Yang perlu ditingkatkan adalah
   -  Duty Officer sebaiknya berseragam bahkan yang NGEJRENGGG (eye catching) dan sebaiknya berintonasi lebih hangat/bersahabat. 
  • AC agar lebih sejuk
  • gedung Tes Kesehatan perlu direnovasi dan sebaiknya lebih dekat dengan gedung utama
  • Sebaiknya lebih ditertibkan: Emak-emak pedagang ‘asongan’ pensil 2B (untuk tes tertulis) di jalan menuju gedung dan Mbak-mbak seksi yang menawarkan laminating anti gores di jalan sekeluar dari menuju parkiran. 

Semoga sharing pengalaman saya membantu.

Penulis,
Giokni, 
SWOT | Speaker Writer Observer Trainer
0811881610


Comments

Popular posts from this blog

MAYA ANGELOU

JIKA HABIS MASANYA

VIBRASI HATI NURANI