GIVE PERMISSION TO BE IMPERFECT

❤️💡My Simple Thought, 27 March 2018

GIVE PERMISSION TO BE IMPERFECT

Pernahkah Anda mengalami satu periode yang yang sangat berat sehingga membutuhkan ketangguhan dan kekuatan yang luar biasa? Anda mengalami kecelakaan, Anda kehilangan bayi di kandungan, Anda ditipu dan kehilangan banyak uang, Anda hidup dari belas kasihan orang yang memberi makanan dan membawa barang keperluan sehari-hari.

Atau mungkin hanya satu hari yang “tiba-tiba” menjadi terasa sebagai “hari buruk” karena klien mengajukan permintaan-permintaan di luar dugaan dimana sulit dipenuhi, ada permintaan yang membutuhkan penjelasan segera, ada permintaan tolong untuk melakukan sesuatu dari orang yang Anda respek, ada “tagihan” atas komitmen awal yang pernah dibuat kepada orang lain, ada issue lama yang berdasarkan pengalaman yang lalu itu tidak akan berhasil karena terhambat regulasi oleh mereka sendiri. Beberapa aktivitas yang dilakukan berjalan tidak sepeti yang diharapkan, stuck, blank. Plus… orang Anda sangat sayangi memberi tahu bahwa dia sedang punya masalah juga. Dan… hari itu adalah hari yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan kesiagaan penuh dari pagi hingga malam. Satu hari yang menguras energi.

Apakah SEMUA DETIK hidup kita berada dalam situasi buruk sehingga kita mengatakan “the bad life, hidup yang buruk”?
SEMUA??? Itulah GENERALISASI, membuat menjadi general (umum) hanya dari sepenggal/sejenak sampel peristiwa. Apa yang terjadi? Pikiran dan perasaan, bahkan tindakan dan perkataan kita menjadi seperti KESIMPULAN GENERAL yang kita buat.
Kedua, perkataan/pemikiran “SAYA mengalami itu semua!!” heiii… apakah orang lain tidak pernah atau tidak ada yang mengalaminya? Apakah HANYA SAYA? Hmmm… 
Ketiga, apakah KESEMPURNAAN itu? Hanya TUHAN yang empunya. 

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu , sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." 
“My grace is sufficient for you, for my power is made perfect in weakness.” - 2 Corinthian 12:9

Seperti saat saya melihat sebuah patung pahatan kayu berbentuk burung di kamar mandi hotel tempat sayang menginap dalam 10 hari ini di Bali. Awalnya saya memandang sebagai “Arrhhh.. patung kok beginian, ya..” berbeda saat saya menemukan sekuntum bunga kamboja di rak sabun “Wow… bagus, indah, saya mau taruh bunga juga di kamar mandi saya di Jakarta nanti.”
Akhirnya pagi ini saya memandangi kembali burung kayu nan polos itu sekali lagi, dan saya berkata… “yang bilang jelek khan saya, belum tentu orang lain juga bilang begitu… terus, apa kriteria saya bilang jelek… dan kalaupun memang jelek.. SO WHAT juga… iya, khan???”

Thanks, burung kayu… kamu sudah menginspirasi catatan sederhana pagi ini.


giokniwati 
SWOT | Speaker Writer Observer Trainer
0811881610

giokniwati@yahoo.com



Comments

Popular posts from this blog

WANT TO KNOW

ANCORA IMPARO - I AM STILL LEARNING

URIP IKU URUP (HIDUP ITU MENYALA, BAWA HANGAT & CAHAYA)